welcome to my blog

Welcome to My Blog

HELLO

Berbagai Alat-Alat di Laboratorium

Berbagai Alat-Alat di Laboratorium

Kamis, 18 Juni 2015

ENZIM






ENZIM
(Laporan Praktikum Biokimia I)





Oleh
Shella Pratiwi
1313023072






                                                                                        


PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015



LEMBAR PENGESAHAN


Judul Percobaan         : Enzim

Tanggal Percobaan     : 20 Mei 2015

Tempat Percobaan      : Laboratorium Pendidikan Kimia FKIP

Nama                          : Shella Pratiwi

NPM                           : 1313023072

Fakultas                      : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Jurusan                        : Pendidikan MIPA

Program Studi            : Pendidikan Kimia

Kelompok                   : 2 (dua)



Bandar Lampung, 20 Mei 2015
          Mengetahui,
          Asisten





 
         NPM.




                                                                                                                                                 I.                        PENDAHULUAN



1.1    Latar Belakang

Dalam proses metabolisme di dalam tubuh terdapat berbagai macam reaksi kimia. Rekasi kimia ini meupakan bagian dari sistem yang bekerja spesifik dan menghasilkan senyawa-senyawa kimia. Dalam aktivitas metabolisme kita mengenal adanya katalisator. Katalisator dalam reaksi ini disebut enzim. Katalisator adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi-reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu.Suatu katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk.

Enzim adalah sekelompok protein yang berfungsi sebagai katalisator untuk berbagai reaksi kimia dalam sistem biologik. Hampir tiap reaksi kimia dalam sistem biologis dikatalisis oleh enzim. Sintesis enzim terjadi di dalam sel dan sebagian besar enzim dapat diekstraksi dari sel tanpa merusak fungsinya. Enzim yang tersusun atas protein dan molekul lainnya bekerja dengan menurunkan energi aktivasi, sehingga tidak diperlukan suhu dan energi tinggi untuk melakukan suatu reaksi kimia didalam tubuh.Jika tidak terdapat katalisator dalam metabolisme, maka suhu tubuh akan meningkat dan membahayakan bagi tubuh makhluk hidup. Dengan peran enzim pada hampir tiap reaksi biologis, dapat dikatakan enzim memilki peran sangat penting. Dalam mendukung perannya sebgai katalisator atau mempercepat reaksi yang terjadi tentu saja ada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut antara lain kosenntrasi enzim, konsentrasi ion hydrogen (pH), suhu dan konsentrasi substrat. Kerja enzim tentunya dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar enzim.Faktor dalam misalnya substansi – substansi genetik yang dibawa oleh masing – masing enzim. Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi. Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih rendah.Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi.Metabolisme yang merupakan reaksi kimia memiliki katalisator yang disebut dengan enzim.

Oleh karena untuk lebih memahami mengenai enzim yang bertujuan untuk mengetahui sifat proteolitik enzim pepsin dan tripsin serta mengetahui aktivitas dehidrogenase dalam air susu dilakukanlah percobaan ini.


I.2   Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui sifat  proteolitik  enzim pepsin
2.      Mengetahui sifat proteolitik enzim tripsin
3.      Mengetahui aktivitas dehidrogenase dalam air susu























                                                                                                                                     II.                        TINJAUAN PUSTAKA


Enzim merupakan suatu kelompok protein yang berperan penting di dalam aktivitas biologic. Enzim berfungsi sebagai katalisator si dalam sel dan sifatnya sangat khas. Di dalam jumlah sangat kecil, enzim dapat mengatur reaksi tertentu sehingga di dalam keadaan normal tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan hasil akhir reaksinya.di dalam sel terdapat banyak jenis enzim yang berlainan kekhasannya, sehingga suatu enzim hanya mampu menjadi katalisator untuk reaksi tertentu saja. Ada enzim yang dapat mengkatalisa suatu kelompok substrat, ada pula yang hanya satu kelompok substrat saja, dan ada pula ynag bersifat stereospesifik. Karena enzim mengkataliser reaksi-reaksi di dalam system biologis, maka enzim juga disebut sebgai biokatalisator
Bagian protein dari enzim disebut apo-enzim, sedangkan enzim keseluruhannya disebut haloenzim.
Bagian protein ( tak aktif )          +          non-protein               = haloenzim ( aktif )
            ( apoenzim)                          ( gugus protestik )
Kespesifikan enzim dibedakan dalam : kespesifikan optik dan gugus ( M.T Simanjuntak, 2003 ). Kespesifikan optik tampak pada enzim-enzim yang bekerja terhadap karbohidrat. Umumnya, enzim-enzim ini hanya bekerja terhadap karbohidrat isomer D bukan L. Sebaliknya, enzim-enzim yang bekerja terhadap asam amino dan protein hanya bekerja pada asam amino L dan bukan pada isomer D. Kespesifikan gugus menunjukkan bahwa enzim hanya dapat bekerjaterhadap gugus yang tertentu. Enzim alkohol dehidrogenase tidak dapat mengkatalisis reaksi dehidrogenasi pada senyawa bukan alcohol ( Hafiz Soewoto,2000).
Klasifikasi enzim berdasar Commission on Enzim Of The Internasional uinion of Biochemistry ( CEIUB ) atau Internasional Enzim Commision ( IEC ) adalah sebgai berikut :
  1. Enzim yang berperan dalam reaksi oksidasi-reduksi contoh oksigenase
  2. Enzim yang berperan dalam reaksi pemindahan gugus tertentu contoh enzim transaminase
  3. Enzim yang berperan dalam reaksi hidrolisis contoh peptidase
  4. Enzim yang berperan dalam mengkatalisis reaksi addisi atau pemecahan ikatan rangkap contoh liase
  5. Enzim yang berperan dalam mengkatalisis reaksi isomerisasi contoh alanin rasemase
  6. Enzim yang berperan dalam mengkataliser reaksipembentukan ikatan dengan bantuan pemecahan ikatan dalam ATP( ligase ) ( M.T. Simanjuntak, 2003).
Seperti molekul protein lainnya sifat biologis enzim sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor fisiko kimia. Enzim bekerja pada kondisi tertentu yang rerlatif ketat. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerj enzim antara lain suhu, pH, oksidasi oleh udara atau senyawa lain, penyinaran ultraviolet, sinar x, α, β, dan γ. Di samping itu, kecepatan reaksi enzimatik dipengaruhi pula oleh konsentrasi enzim maupun substratnya ( Hafiz Soewoto,2000).

a.            Pengaruh suhu :
Suhu rendah mendekati titik beku tidak merusak enzim, namun enzim tidak dapat bekerja. Dengan kenaikan suhu lingkungan, enzim mulai bekerja sebagian dan mencapai suhu maksimum pada suhu tertentu. Bila suhu ditingkatkan terus, jumlah enzim yang aktif akan berkurang karena mengalami denaturasi. Kecepatan reaksi enzimatik mencapai puncaknya pada suhu optimum. Enzim dalam tubuh manusia mempunyai suhu optimum sekitar 37° C. Sebagian besar enzim menjadi tidak aktif pada pemanasan sampai ± 60° C, karena terjadi denaturasi ( Hafiz Soewoto,2000) .
Suhu campuran reaksi juga berpengaruh terhadap laju reaksi enzimatik. Jika reaksi tersebut dilangsungkan dalam berbagai suhu, kurva hubungan tersebut akan menunjukkan suhu tertentu, yang menghasilkan laju reaksi yang maksimum. Dengan demikian, dalam hal ini juga ada kondisi optimum yang disebut sebagai suhu optimum
Pada gambar tampak bahwa di luar suhu optimum, laju enzimatik selalu lebih rendah.  Makin besar perbedaan suhu reaksi dengan suhu optimum, makin rendah pula laju reaksinya. Akan tetapi, keadaan yang menyebabkan rendahnya suhu di luar suhu optimum berbeda antara suhu yang lebih rendah dengan suhu yang lebih tinggi. Pada suhu yang lebih rendah (sisi A pada gambar), penyebab kurangnya laju reaksi enzimatik yaitu kurangnya gerak termodinamik, yang menyebabkan kurangnya tumbukan antara molekul enzim dengan substrat. Jika kontak antara kedua jenis molekul itu tidak terjadi, kompleks ES tidak terbentuk. Padahal kompleks ini sangat penting untuk mengolah S menjadi P. Oleh karena itu, makin rendah suhu, gerak termodinamik tersebut akan makin kurang.
Pada daerah suhu yang lebih tinggi (sisi B pada gambar), gerak termodinamik akan lebih meningkat, sehingga tumbukan antara molekul akan lebih sering. Akan tetapi laju reaksi tidak terus meningkat, melainkan malah menurun dengan cara yang lebih kurang sebanding dengan selisih nilai dan suhu optimum. Dalam peningkatan suhu ini, selain gerak termodinamik meningkat, molekul protein enzim juga mengalami denaturasi, sehingga bangun tiga dimensinya berubah secara bertahap. Jika suhu jauh lebih tinggi dari suhu optimum, maka makin besar deformasi struktur tiga dimensi tersebut dan makin sukar bagi substrat untuk menempati secara tepat di bagian aktif molekul enzim. Akibatnya, kompleks E-S akan sukar terbentuk, sehingga produk juga makin sedikit.
Pada sisi A dari kurva terdapat hubungan tertentu antara kenaikan suhu dengan laju reaksi. Arrhenius secara empiris telah mengembangkan suatu rumusan umum antara laju suatu reaksi kimia dengan suhu mutlak system reaksi tersebut.
b.            Pengaruh pH :
Enzim bekerja pada kisaran pH tertentu. Jika dilakukan pengukuran aktivitas enzim pada beberapa macam pH yang berlainan, sebagian besar enzim di dalam tubuh akan menunjukkan aktivitas maksimum antara pH 5,0 sampai 9,0. Kecepatan reaksi enzimatik mencapai puncaknya pada pH optimum. Ada enzim yang mempunyai pH optimum yang sangat rendah, seperti pepsin, yang mempunyai pH optimum 2. pada pH yang jauh di luar pH optimum, enzim akan terdenaturasi. Selain itu pada keaadan ini baik enzim maupun substrat dapat mengalami perubahan muatan listrik yang mengakibatkan enzim tidak dapat berikatan dengan substrat( Hafiz Soewoto,2000) .
Sebagian besar enzim bekerja aktif dalam trayek pH yang sempit umumnya 5 - 9. Ini adalah hasil merupakan hasilpengaruh dari pH atas kombinasi factor ( 1 ) ikatan dari substrat ke enzim ( 2 ) aktivitas katalik dari enzim ( 3 ) ionisasi substrat dan ( 4 ) variasi struktur protein ( biasanya signifikan hanya pada pH yang cukup tinggi ) ( M.T. Simanjuntak, 2003).
            Ada 2 alasan untuk menyelidiki pengaruh tingkat keasaman atau pH terhadap aktivitas emzim, yaitu :
1.    sebagai produk makhluk hidup secara teori selalu ada kemungkinan dari pengaruh ph ini terhadap aktivitas biologis dari enzim ini.
2.    sebagai suatu protein enzim tidak berbeda dengan protein lainnya.
Kadang-kadang, seperti pada enzim amylase liur, hubungan tersebut tidak menunjukkan suatu titik puncak, melainkan suatu garis merata (plateau setelah kurva yang naik, untuk kemudian turun lagi sesudah plateau )
            Fenomena seperti ini dapat ditafsirkan sebab adanya molekul amylase dalam bentuk beberapa molekul protein yang berbeda (isozim). Tiap molekul isozem niscaya bekerja pada pH yang sedikit berbeda.
            Perlu diingat bahwa dalam mencari hubungan antara derajat keasaman dengan laju reaksi maksimum ini, rentangan pH yang diselidiki biasanya berkisar dalam rentangan yang tidak lebar dan bukan dalam rentangan antara pH 1 sampai 14. Karena tidak ada sistem dapar masing-masing di sekitar nilai kapasitas yang maksimum dari tiap dapar (rentangan pH di sekitar nilai pKa komponen asam tiap dapar), bukan tidak mengkin ada interaksi yang merugikan antara enzim dan ion penyusun dapar dan bukan karena pH yang disebabkan dapar itu sendiri.
            Dalam gambar dapat dilihat adanya nilai pH tertentu, yang memungkinkan enzim bekerja maksimum. pH tersebut dinamakan pH maksimum. Dalam lingkungan keasaman seperti itu, protein enzim mengambil struktur 3 dimensi yang sangat tepat, sehingga ia dapat mengikat dan mengolah substrat dengan kecepatan yang setinggi-tingginya. Di luar nilai pH optimum tersebut, struktur 3 dimensi enzim mulai berubah, sehingga substrat tidak dapat lagi duduk dengan tepat di bagian molekul enzim yang mengolah substrat. Akibatnaya, proses katalisis berjalan tidak optimum. Oleh karena itu, struktur 3 dimensi berubah akibat pH yang tidak optimum ( Mohamad Sadikin, 2002).

c.            Pengaruh konsentrasi enzim :
Peningkatan konsentrasi enzim akan meningkatkan kecepatan reaksi enzimatik. Dapat dikatakan bahwa kecepatan reaksi enzimatik (v) berbanding lurus dengan konsentrasi enzim [E]. Makin besar konsentrasi enzim, reaksi makin cepat( Hafiz Soewoto,2000) .
      Bagaimana akibat dari perubahan konsentrasi enzim terhadap reaksi enzimztik itu sendiri? Jawaban dari pertanyaan ini harus dicari dari pengamatan yang dilakukan atas satu seri campuran yang terdiri atas substrat dalam konsentrasi yang tetap dan enzim dalam konsentrasi yang berbeda-beda, dengan volume akhir larutan yang sama. Pengamatan dapat dilakukan terhadap dua hal, yaitu :
1. terhadap hubungan antara selang waktu pengamatan dan konsentrasi produk yang terbentuk pada tiap konsentrasi enzim.
2. terhadap hubungan antara konsentrasi enzim dan kecepatan reaksi enzimatik yang dikatalisis oleh enzim tersebut.
Hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasi enzim ternyata berbanding lurus. Jadi, makin besar konsentrasi enzim, maka makin cepat laju reaksi.
Kadang-kadang terjadi penyimpangan dari persamaan ini, sehingga diperoleh garis agak melengkung. Biasanya, penyimpangan ini terjadi jika enzim yang dipelajari tidak dalam keadaan murni, sehingga mungkin terdapat senyawa-senyawa penghambat reaksi dalam jumlah yang sangat kecil. Sebaliknya, penyimpangan juga terdapat dalam sediaan enzim dengan kemurniaan yang tinggi. Dalam keadaan ini, penyimpangan disebabkan oleh senyawa pengaktif (aktivator), misalnya tidak adanya ion tertentu, meskipun ph yang diperlukan sudah dipastikan dengan menggunakan larutan dapar dan tidak hanya sekedar larutan dengan ph yang diperlukan tersebut ( Mohamad Sadikin, 2002 ).

d.            Pengaruh konsentrasi substrat :
Pada suatu reaksi enzimatik bila konsentrasi substrat diperbesar, sedangkan kondisi lainnya tetap, maka kecepatan reaksi (v) akan meningkat sampai suatu batas kecepatan maksimum (V). Pada titik maksimum ini enzim telah jenuh dengan substrat.
Dalam suatu reaksi enzimatik, enzim akan mengikat substrat membentuk kompleks enzim-substrat [ES], kemudian kompleks ini akan terurai menjadi [E] dan produk [P]. Makin banyak kompleks [ES] terbentuk, makin cepat reaksi berlangsung sampai batas kejenuhan [ES]. Pada konsentrasi substrat [S] melampaui batas kejenuhan kecepatan reaksi akan konstan. Dalam keadaan itu seluruh enzim sudah berada dalam bentuk kompleks E-S. Penambahan jumlah substrat tidak menambah jumlah kompleks E-S.

            Fungsi enzim dalam kepentingan medis. Enzim terdistribusi di tempat-tempat tertentu di dalam sel, kurang lebih sesuai dengan golongan dan fungsinya. Sebagai contoh, enzim-enzim yang berperan dalam sintesis dan reparasi DNA terletak di dalam inti sel. Enzim yang mengkatalisasi berbagai reaksi yang menghasilkan energi secara aerob terletak di dalam mitokondria. Enzim yang berhubungan dengan berbagai biosintesis protein berada bersama ribosom. Dengan demikian reaksi kimia dalam sel berjalan sangat terarah dan efisien.
            Ada penyakit yang disebabkan oleh abnormalitas sintesis enzim tertentu, misalnya pada defisiensi enzim glukosa 6-fosfat dehidrogenase (G6PDH/ G6PD). Sel darah merah penderita defisiensi G6PDH ini sangta rentan terhadap pembebanan oksidatif, misalnya pada pemakaian obat analgetik tertentu dan obat anti malaria. Pada pemakaian obat-obat tersebut dapat terjadi hemolisis intravaskuler.
            Analisis enzim dalam serum pada dasarnya dapat dipakai untuk diagnosis berbagai penyakit. Dasar penggunaan enzim sebagai penunjang diagnosis ialah bahwa (1) pada hakikatnya, sebagian besar enzim terdapat dan bekerja dalam sel dan (2) bahwa enzim tertentu dibuat dalam jumlah besar oleh jaringan tertentu. Karena itu enzim intrasel seharusnya tidak ditemukan dalam serum dan bila ditemukan, berarti sel yang membuatnya mengalami disintegrasi. Bila enzim yang diukur dalam serum terutama dibuat oleh jaringan atau organ tertentu, maka peningkatan aktivitas dalam serum menunjukkan adanya kerusakan pada jaringan atau organ tersebut ( Hafiz Soewoto,2000).

























                                                                                                                     III.                        METODOLOGI PERCOBAAN



3.1    Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, penangas air, thermometer, pengukur waktu, rak tabung reaksi, dan pipet tetes.

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan pepsin, HCl 0,4%, fibrin atau albumin kering, tripsin, larutan buffer fosfat pH 7,6 (8 ml Na2HPO4 dan 13,2 ml KH2PO4), air susu tegar, metilen biru, gliseraldehid (formaldehid), dan paraffin cair.


3.2  Diagram Alir

Adapun diagram alir dari percobaan ini adalah sebagai berikut.
A.    Sifat proteolitik enzim pepsin








 


2 ml pepsin dan 2 ml HCL 0,4%

 
Dimasukan kedalam 4 tabung reaksi kemudian memberi label nomor setelah itu, menambahkan



 
2 ml pepsin dan 3 ml aquades
2 ml pepsin dan 3 ml  aquades

 
Pada tabung nomor 1, lalu menambahkan

                                                                                                                                                  
2 ml aquades dan 2 ml HCL 0,4%
2 ml pepsin dan 3 ml  aquades

 
Pada tabung nomor 2, setelah itu menambahkan


 
Pada tabung nomor 3, kemudian menambahkan


 


Hasil percobaan
2 ml pepsin dan 3 ml  aquades

 
Pada tabung nomor 4, selanjutnya mencampur semua zat yang ada di setiap tabung reaksi dengan mengocoknya, kemudian simpan pada temperatur 38 0C pada penangas air selama 30 menit,kemudian mengamati dan mencatat perubahan pada setiap tabung reaksi


B. 
Serabut fibrin atau albumin
2 ml pepsin dan 3 ml  aquades

 
Sifat proteolitik enzim tripsin



 
2 ml tripsin dan 2 ml  buffer  pH 7,6
2 ml pepsin dan 3 ml  aquades

 
Dimasukan kedalam 3 tabung reaksi kemudian memberi label nomor setelah itu, menambahkan


 
Pada tabung nomor 1, lalu menambahkan


 


2 ml tripsin yang didihkan dan 2 ml buffer pH 7,6

 
Pada tabung nomor 2, setelah itu menambahkan


Hasil percobaan

 
Pada tabung nomor 3, selanjutnya mencampur semua zat yang ada di setiap tabung reaksi dengan mengocoknya, kemudian simpan pada temperatur 38 0Cpada penangas air selama 30 menit,kemudian mengamati dan mencatat perubahan pada setiap tabung reaksi


C.  Aktifitas enzim dehidrogenase didalam air susu


 
3 tetes 0,02 % metilen biru

 
Dimasukkan kedalam masing-masing tabung yang sudah di beri label nomer 1 sampai 3. Kemudian panaskan tabung nomer 3 samapi susunya mendidih lalu dinginkan. Setelah itu tambahkan


 
1 ml 0,04% formaldehid

 
Selanjutnya tambahkan pula kedalam tabung nomer 2 dan 3


 
2 ml paraffin cair

 
Lalu mencampurkan semua zat pada setiap tabung dengan memutarnya pelan –pelan kemudian menambahkan


 
Hasil percobaan

 
Kemudian simpan pada temperatur 38 0C pada penangas air selama 30 menit,kemudian  mengamati dan mencatat perubahan pada setiap tabung reaksi



                                                                                         IV.                        HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN



4.1    Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan yang diperoleh dari percobaan ini adalah sebagai berikut.
Sifat proteolitik enzim pepsin
No
Tabung
Bahan yang terkandung
( campuran terdiri atas )
Perubahan yang terjadi
Awal
Akhir
1
2 ml pepsin + 2 ml HCL 0,4%
Bening
Keruh
2
2 ml pepsin + 3 ml aquades
Bening
Keruh
3
2 ml aquades + 2 ml HCL 0,4%
Bening
Jernih
4
2 ml pepsin + 2 ml HCL 0,4%
Bening
Jernih
Sifat proteolitik enzim tripsin
No
Tabung
Bahan yang terkandung
( campuran terdiri atas )
Perubahan yang terjadi
1
2 ml tripsin + 2 ml buffer pH 7,6
Ungu Muda
2
2 ml tripsin + 2 ml akuades
Ungu Muda
3
2 ml tripsin yang dididihkan + 2 ml  buffer  pH 7,6
Ungu Tua
Aktifitas enzim dehidrogenase dalam air susu
No
Tabung
Bahan yang terkandung
( campuran terdiri atas )
Warna Asal
Hasil
1
5 ml susu + 1 ml metilen biru
Biru Muda
Biru Muda Pekat
2
5 ml susu + 1 ml metilen biru + 1 ml formaldehid
Biru Muda
Biru Muda Pudar
3
5 ml susu + 1 ml metilen biru + 1 ml formaldehid
Biru Muda
Biru Muda Pudar





4.2    Pembahasan

Enzim atau biokatalisator adalah katalisator organik yang dihasilkan oleh sel. Enzim sangat penting dalam kehidupan, karena semua reaksi metabolisme dikatalis oleh enzim. Jika tidak ada enzim, atau aktivitas enzim terganggu maka reaksi metabolisme sel akan terhambat hingga pertumbuhan sel juga terganggu.Reaksi-reaksi enzimatik dibutuhkan agar bakteri dapat memperoleh makanan/ nutrient dalam keadaan terlarut yang dapat diserap ke dalam sel, memperoleh energi Kimia yang digunakan untuk biosintesis, perkembangbiakan, pergerakan, dan lain-lain. Pada Enzim amilase dapat memecah ikatan pada amilum hingga terbentuk maltosa.Ada tiga macam enzim amilase, yaitu α amilase, β amilase dan γ amilase. Yang terdapat dalam saliva (ludah) dan pankreas adalah α amilase. Enzim ini memecah ikatan 1-4 yang terdapat dalam amilum dan disebut endo amilase sebab enzim ini bagian dalam atau bagian tengah molekul amilum.
Adapun ciri–ciri enzim adalah sebagai berikut.
1.      Biokatalisator: enzim hanya dihasilkan oleh sel-sel mahkluk hidup yang digunakan untuk mempercepat proses reaksi.
2.      Protein: sifat-sifat enzim sama dengan protein yaitu dapat rusak pada suhu yang tinggi dan dipengaruhi pH.
3.      Bekerja Secara Khusus : enzim tertentu hanya dapat mempengaruhi reaksi tertentu, tidak dapat mempengaruhi raeksi lainnya. Zat yang terpengaruhi oleh enzim tersebut substrat.Substrat adalah zat yang bereaksi. Oleh karena macam zat yang bereaksi di dalam sel sangat banyak, maka macam enzim pun banyak.
4.      Dapat Digunakan Berulang Kali: dapat digunakan berulang kali karena enzim tidak berubah pada saat terjadi reaksi. Satu molekul enzim dapat bekerja berkali-kali selama enzim itu tidak rusak.
5.      Rusak Oleh Panas: enzim rusak oleh panas karena merupakan suatu protein Rusaknya enzim oleh panas disebut denaturasi jika telah rusak enzim tidak dapat bekerja lagi.
6.      Tidak Ikut Bereaksi: enzim hanya diperlukan untuk mempercepat reaksi namun tidak ikut bereaksi.
7.      Bekerja Dapat Balik: suatu enzim dapat bekerja menguraikan suatu senyawa menjadi senyawa-senyawa lain dan sebaliknya dapat pula bekerja menyusun senyawa-senyawa itu menjadi senyawa semula.

Adapun cara kerja enzim ada dua yaituTeori Gembok-Anak Kunci dan Teori Induced Fit. Pada teori gembok- anak kunci, Sisi aktif enzim mempunyai bentuk tertentu yang hanya sesuai untuk satu jenis substrat saja.Bentuk substrat sesuai dengan sisi aktif, seperti gembok cocok dengan anak kuncinya.Hal itu menyebabkan enzim bekerja secara spesifik. Substrat yang mempunyai bentuk ruang yang sesuai dengan sisi aktif enzim akan berikatan dan membentuk kompleks transisi enzim-substrat. Senyawa transisi ini tidak stabil sehingga pembentukan produk berlangsung dengan sendirinya.Jika enzim mengalami denaturasi (rusak) karena panas, bentuk sisi aktif berubah sehingga substrat tidak sesuai lagi. Perubahan pH juga mempunyai pengaruh yang sama.

Sedangkan pada teori induced fit, Reaksi antara substrat dengan enzim berlangsung karena adanya induksi molekul substrat terhadap molekul enzim. Menurut teori ini, sisi aktif enzim bersifat fleksibel dalam menyesuaikan struktur sesuai dengan struktur substrat. Ketika substrat akan terinduksi dan kemudian mengubah bentuknya sedikit sehingga mengakibatkan perubahan sisi aktif yang semula tidak cocok menjadi cocok (fit). Kemudian terjadi pengikatan substrat oleh enzim, yang selanjutnya substrat diubah menjadi produk.Produk kemudian dilepaskan dan enzim kembali pada keadaan semula, siap untuk mengikat substrat baru.

Tabung no 1, 2, dan 4 yaitu dengan bahan campuran secara berturut-turut 2 ml pepsin dan 2 ml HCL 0,4%, 2 ml pepsin dan 3 ml, dan 2 ml pepsin yang didihkan + 2 ml HCL 0,4% aquadest kemudian dikocok secara merata dan terlihat warna bening, kemudian setelah dipanaskan selama 30 menit pada suhu 380 C terjadi perubahan warna yaitu menjadi keruh. Kekeruhan ini bertanda bahwa albumin tidak diuraikan oleh protein.Sedangkan pada tabung nomor 3 terlihat sangat jernih dibandingkan dengan yang lainnnya, kerana albumin telah diuraikan oleh protein. Dan pepsin menguraikan albumin dalam keadaan acid. Hal ini juga dipengaruhi oleh kerja pada suhu yang optimal yaitu 380 C. Enzim Pepsin adalah enzim yang terdapat dalam perut yang akan mulai mencerna protein dengan memecah protein menjadi bagian–bagian yang lebih kecil. Enzim ini termasuk protease; pepsin disekresi dalam bentuk inaktif, pepsinogen, yang akan diaktifkan oeh asam lambung. Enzim ini diproduksi oleh bagian mukosa dalam perut yang berfungsi untuk mendegradasi protein. Enzim ini memiliki pH optimum 2-4 dan akan inaktif pada pH diatas 6. Pepsin merupakan enzim proteolitik dan memiliki pH optimum 1,4. Pada Ph 5 menjadi tidak aktif dan medium bersifat alkalis, enzim menjadi rusak. Pepsin adalah salah satu dari 3 enzim yang berfungsi untuk mendegradasi protein yang lain adalah kemotripsin dan tripsin. Pepsin disintesa dalam bentuk inaktif oleh lambung; asam hidroklori; juga diproduksi oleh gastric mucosa dan akan diaktifkan pada pH optimum yaitu 1-3. 

Pada tabung nomor 3, menghasilkan warna yang berbeda yaitu ungu tua, dalam percobaannya enzim ini didihkan dulu pada suhu 380C sehingga dapat disimpulkan bahwa suhu yang optimal bagi enzim tripsin sangat mempengaruhi dalam kerja enzim tersebut. Sedangkan pada tabung no.1 dan 2 ini berbeda hasilnya yaitu ungu muda. Hal ini karena suhunya belum optimal, sehingga hasil dari kerja enzim tersebut belum maksimal. Tripsin merupakan endopeptidase yang dieksresikan oleh pankreas dalam bentuk tidak aktif berupa tripsonogen dan diaktifkan oleh enzim enterokinase. pH optimumnya antara 7,6-8,5.

Dalam percobaan ini enzim bekerja mengoksidasi substrat dengan melepaskan hydrogen dari substrat. Yaitu Hidrogen bereaksi dengan dengan methylin blue. Dan telah terbukti bahwa dalam susu terdapat banyak enzim dehidrogenase. Karena terlihat pada tabung nomor 1 menghasilkan perubahan warna biru muda yang sangat pekat dibandingkan dengan yang lainya. Enzim dehiodrogenase banyak terdapat pada berbagai sel tetapi bekerja pada subsrat yang berbeda. Enzim ini mengoksidasi subsrat dengan melepaskan hidrogen dari subsrat. Hidrogen bisa bereaksi dengan oksigen atau molekul lain seperti metilen blue pada percobaan ini.





























                                                                                                                                                   V.                        KESIMPULAN



Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1.      Enzim Pepsin adalah enzim yang terdapat dalam perut yang akan mulai mencerna protein dengan memecah protein menjadi bagian–bagian yang lebih kecil.
2.      Pepsin merupakan enzim proteolitik dan memiliki pH optimum 1,4. Pada Ph 5 menjadi tidak aktif dan medium bersifat alkalis, enzim menjadi rusak. Pepsin adalah salah satu dari 3 enzim yang berfungsi untuk mendegradasi protein yang lain adalah kemotripsin dan tripsin.
3.      Pada enzim pepsin albumin tidak diuraikan oleh protein, pepsin menguraikan albumin dalam keadaan acid.
4.      Suhu yang optimal bagi enzim tripsin sangat mempengaruhi dalam kerja enzim. Tripsin merupakan endopeptidase yang dieksresikan oleh pankreas dalam bentuk tidak aktif berupa tripsonogen dan diaktifkan oleh enzim enterokinase. pH optimumnya antara 7,6-8,5.
5.      Enzim dehidrogenase bekerja mengoksidasi substrat dengan melepaskan hydrogen dari substrat. Susu kaya akan enzim dehidrogenase.






DAFTAR PUSTAKA


Sadikin, Mohamad. 2002. Biokimia Enzim. Jakarta : Widya Medika.
Soewoto, Hafiz, dkk. 2000. Biokimia Eksperimen Laboratorium.Jakarta: Widya Medika.
Staf Pengajar Kimia Organik. 2005. Penuntun Praktikum Kimia Organik untuk Mahasiswa Program D3 Analisis Kimia. Departemen Kimia FMIPA-IPB.
http://june-s.blogspot,com/2008/05/deteksi-dan-uji-kualitas-amilase.html
http://library.usu.ac,id/download/fmipa/farmasi-mtsim1.pdf



0 komentar:

Posting Komentar